Jumat, 04 November 2011

Pendidikan Kampung Naga

Kampung naga merupakan salah satu kampung adat yang masih sangat menjunjung tinggi Dan masih tetap berpegang nilai adat dan istiadat nenek moyangnya, di kampong ini berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, kampung Naga menjadi salah satu objek parawisata unggulan di wilayah Tasikmalaya.karena tempat ini memiliki kelebihan dibanding daerah lain di Kabupaten Tasikmalaya.
Dimana pun berada, masyarakat naga selalu terlihat berbeda dengan orang lain pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan mereka selalu membawa palsapah hidup kampung Naga kemanapun mereka pergi. Diantaranya ;
1. Ngalindungna sihung maung, diteuheurna meumenteng.
2. Ulah aya guam.
3. Bisa tuliskeun,teu bisa kanyahokeun.
4. Sok lamun eling, moal hirup salamet.
Penduduk Kampung Naga sangat patuh pada pemerintah, terbukti dengan filosofi nya yang menarik yaitu “ Panyaur gancang temonan, parentah gancang lakonan, pamundut gancang caosan, Pamarentah lain lawaneun tapi kawulaaneun, pamarentah sanes tempat menta tapi pamarentah tempat kumawula”. Artinya kurang lebih begini, Apabila dipanggil segera penuhi, apabila diperintah cepat dilakukan dan apabila ada keinginan cepat kabulkan, pemerintah bukan untuk dilawan tapi untuk diayomi dan mengayomi.
Kampung Naga adalah sebuah perkampungan asli yang menjunjung tinggi adat istiadat sunda, karena itu harus tetap dilestarikan sebagai bukti kepada anak cucu bahwa bangunan, dan adat orang sunda adalah seperti ini. Namun yang disayangkan adalah pendidikan penduduk kampung Naga mayoritas SD, padahal Pemerintah bisa membantu mensosialisasikan pendidikan dengan program kesetaraan misalnya Kejar paket B dan C. Semoga saja ada pihak yang berwenang ikut memikirkan keadaan pendidikan penduduk Kampung.
ditengah ketatnya aturan adat, ternyata para penduduk diperbolehkan untuk memiliki tv dengan mempergunakan tenaga accu. Hal ini tentu kontradiktif dan sangat berbahaya, karena media komunikasi tv malah bisa meruntuhkan kearifan lokal penduduk setempat. Disamping itu, pintu masuk Kampung Naga, juga sudah terkontaminasi dengan budaya-budaya dari luar yang kurang bagus.
Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Untuk pendidikan non formal di kampong naga ini setiap hari senin-jumat jam 2 sore selalu di adakan pengajian untuk anak-anak.
Kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga.mereka memiliki prinsip sekolah yang penting bisa JaLisTung Membaca menulis dan menghitug itu saja mereka sudah di anggap pandai. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula.