Kamis, 11 Juli 2013

Hubungan Interaksi Sosial Siswa Dengan SikapTerhadap Pembelajaran

BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pengalaman peneliti dilapangan ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) terdapat banyak siswa yang memperoleh nilai rendah. Tidak semua siswa bisa memperoleh hasil belajar yang baik, ada siswa yang memperoleh nilai sedang, dan ada yang memperoleh nilai buruk. Banyak faktor yang mempengaruhi individu, baik yang bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal).[1]
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu siswa meliputi kesehatan, inteligensi, minat, bakat, motif, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau lingkungan yang meliputi faktor keluarga, metode mengajar guru, disiplin sekolah, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, teman bergaul, dan lain-lain. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sosial yaitu pada interaksi sosial siswa dilingkungan sekolah. Secara pengertian umum, interaksi sosial berlangsung antara satu individu dengan individu yang lain, individu dengan suatu kelompok, serta interaksi sosial antar kelompok sosial. Interaksi sosial siswa di sekolah meliputi interaksi siswa dengan guru, dan interaksi siswa dengan siswa.
Secara garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik atau pandai bergaul dan sebaliknya yaitu siswa yang mengalami kesulitan bergaul atau individu yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di dalam pergaulan. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan dengan teman baru, berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan, dan dapat mengakhiri pembicaraan tanpa mengecewakan atau menyakiti orang lain. Dalam pertemuan formal, mereka dapat mengemukakan pendapat, memberi penghargaan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, dan mereka dapat juga mengemukakan kritik tanpa menyakiti orang lain. Sebaliknya, siswa yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik merasa kesulitan untuk memulai berbicara, terutama dengan orang-orang yang belum dikenal, mereka merasa canggung dan tidak dapat terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan. Dalam hubungan formal, mereka kurang atau bahkan tidak berani mengemukakan pendapat, pujian, keluhan dan sebagainya.
Interaksi sosial siswa yang baik akan menciptakan hubungan yang harmonis. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang baik dapat dilihat dengan adanya suatu kerjasama, saling menghormati dan saling menghargai. Kerjasama semakin tercipta tatkala ditemukan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran disekolah. Siswa akan dengan senang hati saling berdiskusi  dan saling membantu dalam memecahkan masalah kesulitan belajar yang dihadapinya. Interaksi sosial yang baik diantara siswa juga dapat menciptakan sikap saling menghargai dan terciptanya suasana yang nyaman dalam belajar serta akan mendorong siswa untuk berprestasi di lingkungan sekolah.
Sebaliknya interaksi sosial siswa yang tidak baik, ditandai dengan hubungan antar siswa diliputi rasa kebencian, dan kurangnya kerjasama diantara siswa. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang tidak baik dapat kita lihat dimana siswa saling membenci, saling menjatuhkan, dan terbentuknya kelompok teman sebaya dimana masing-masing kelompok saling menyerang atau saling menjatuhkan sehingga akan menciptakan hubungan yang kurang harmonis diantara siswa. Interaksi sosial yang tidak baik di lingkungan sekolah juga akan menciptakan suasana belajar yang kurang nyaman atau kondusif. Hal semacam ini akan menghambat kemajuan siswa dalam proses pembelajaran karena kurangnya kerjasama, komunikasi, dan siswa kurang menghargai siswa yang lain sehingga sering menimbulkan suasana belajar yang selalu gaduh, tegang, sering ribut, timbulnya pertengkaran, perkelahian, dan sebagainya, lingkungan seperti ini akan menyebabkan siswa terganggu dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi  sikapnya terhadap pembelajaran.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
B.       Identifikasi Masalah
a)    Interaksi sosial siswa yang buruk akan menciptakan suasana yang tidak kondusif dan mengakibatkan proses belajar tidak berjalan dengan baik dan kemungkinan hal ini akan berimbas pada hasil belajarnya.
b)   Siswa di kelas banyak sekali membuat suatu kelompok-kelompok kecil, dan ketika ada pembagian kelompok mereka selalu memilih teman kelompoknya sendiri, sehingga terjadi hubungan yang tidak harmonis di dalam kelas dan sering terjadinya suatu keributan yang mengakibatkan proses pembelajaran terganggu.
c)    siswa yang kemampuan interaksi sosialnya buruk mereka akan kesulitan untuk menyampaikan pendapatnya pada proses pembelajaran berlangsung.
C.      Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini Peneliti membatasi masalah pada ranah hasil belajarnya yang di kerucutkan menjadi ranah afektif , selain itu peneliti juga membatasi bahwa proses interaksi sosial siswa pada lingkungan sekolah saja karena sebagaimana kita telah ketahui bahwa sekolah merupakan salah satu dari agen sosialisasi dalam kehidupan sosial.
D.      Perumusan Masalah
“ Apakah ada hubungannya antara interaksi sosial siswa di sekolah terhadap hasil belajar afektif pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ? “
E.       Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membagi kedalam dua garis besar manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.        Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat di pakai untuk memperluas wawasan dalam keilmuan Pendidikan khususnya dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
2.        Manfaat Praktis
a)    Bagi Siswa
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya.
b)    Bagi Guru
                    i.          Dapat memberikan sulusi permasalahaan dalam mengatasi kendala-kendala dalam proses pembelajaran yang di akibatkan oleh interaksi sosial siswa yang kurang baik.
                  ii.          Dapat memberikan bimbingan kepada siswanya terlebih yang mengalami kesulitan berinteraksi sosial.
c)    Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengetahui secara umum mengenai hubungan dan pengaruh dari interaksi sosial siswa di sekolah terhadap hasil belajar afektif siswa yang nantinya sekolah dapat membentuk sistem sosialisasi yang baik di dalam sekolah seperti kegiatan-kegiatan ektrakurikuler, acara-acara sosial demi meningkatkan interaksi sosial pada siswanya dan lain-lain.




BAB II
KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.      Deskripsi Teoretik
Deskripsi teoretik pada penelitian ini tentunya berkaitan erat dengan variabel-variabel penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, yang kemudian ditarik kesimpulannya.[2]
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, maka macam-macam variabel dapat dibedakan menjadi tiga macam diantaranya adalah variable independen (bebas) , variable dependen (terikat), dan variable moderator.[3]
Berdasarkan macam-macam variabel penelitian yang ada maka apabila dikaitkan dengan judul penelitian yang peneliti buat yaitu Hubungan Interaksi Sosial Siswa Disekolah Terhadap Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan akan dapat di jabarkan seperti dibawah ini:



1.        Kajian Teori Tentang Variabel Bebas
Interaksi Sosial Siswa Di Sekolah
1.1 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga manusia harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain. Interaksi dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal, didalam interaksi harus memiliki setidaknya 3 (tiga) unsur, yaitu komunikator (orang yang melakukan komunikasi), Komunikan (orang yang dijadikan sasaran atau objek), dan informasi (bahan yang dijadikan komunikasi atau interaksi).[4]
Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Karena dengan memahami interaksi sosial kita dapat mengetahui hal apa saja yang dapat menimbulkan serta mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu sehingga pengetahuan kita dapat disumbangkan pada usaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.
Abu Ahmadi mengatakan bahwa interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan didalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya. Atau dengan kata lain proses dua arah dimana setiap individu/group menstimulir yang lain dan mengubah tingkah laku dari pada partisipan.[5]
Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk pertentanga atau pertikaian (conflict).[6]
Gilin dan Gilin pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
1.      Proses asosiatif (processes of association) yang terbagi kedalam tiga bentuk khusus lagi, yakni:
a)      Akomodasi
b)      Asimilasi dan alkulturasi
2.      Proses disosiatif (processes of dissociation) yang mencangkup:
a)      Persaingan.
b)      Persaingan yang meliputi kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict).[7]
Sistematika yang lain pernah pula dikemukakan oleh Kimball Young, menurutnya bentuk-bentuk proses sosial adalah:
1.      Oposisi (opposition) yang mencangkup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
2.      Kerja sama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accomodation), dan
3.      Differensiasi (differentiation) yang merupakan suatu [proses dimana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Differensisasi tersebut menghasilkan lapisan-lapisan masyarakat.
Menurut Woodworth, cara-cara individu mengembangkan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu individu bertentangan dengan lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.[8]
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.[9]

Secara umum bentuk proses sosial dalam interaksi sosial ada yang berbentuk positif, ada pula yang berbentuk ngatif, yang positif dinamakan integrasi atau associatif process yaitu proses yang menyatukan, Sedangkan yang negatif dinamakan integrasi atau disassociatif process, yaitu proses yang memisahkan.[10]
Termasuk dalam proses yang menyatakan (integrasi) ialah:
1.      Coperation (koperasi)
2.      Consensus (kerjasama)
3.      Assimilation (assimilasi)
Termasuk dalam proses yang memisahkan (disintegrasi) ialah:
1.      Conflict (konflik, persengketaan)
2.      Competisi (kompetisi, persaingan)
Berdasarkan pendapat  para ahli penulis berusaha mensistesiskan pengertian tentang interaksi sosial. Interaksi sosial mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif dalam bentuk mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi secara dinamis.
1.1.1  Faktor-faktor terbentuknya Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor,antara lain adalah faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor ini dapat berjalan sendiri-sendiri atau terjadi secara bersamaan. [11]
1)    Faktor imitasi
Merupakan aktifitas dimana individu melakukan peniruan terhadap tingkah laku yang disaksiskannya yang dilakukan orang lain pada saat menghadapi situasi tertentu.
2)   Faktor sugesti
Berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya ynag kemudian diterima oleh fihak lain. Jadi proses ini mirip dengan proses imitasi hanya saja titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena fihak yang menerima dilanda oleh emosi yang sedemikian rupa sehingga menghambat daya fikirnya yang rasional.
3)   Faktor Identifikasi
Sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja oleh karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupan.
4)        Faktor Simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini perasaan memegang peran yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya.

2. Pengertian  Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.
Siswa atau peserta didik yang melakukan yang melakukan kegiatan belajar atau mengikuti proses pendidikan adalah individu. Baik didalam kegiatan klasikal, kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan belajarnya tidak dapat dari karakteristik, kemampuan dan perilaku individualnya.[12]
1.        Sekolah
Sekolah merupakan tempat atau lingkungan berlangsungnya pendidikan yang bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta siswanya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajarinya (bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Kegiatan belajar yang dilaksanakan disekolah benar-benar disengaja dan direncanakan.[13]
Sekolah dalam penelitian ini disebutkan sebagai salah satu agen sosialisasi dalam sistem pendidikan formal, disini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga maupun kelompok bermain, pendidikan formal mempersiapkan untuk penguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya.
Sintesis Teori variabel bebas
Interaksi Sosial Sosial Siswa di Sekolah
Berdasarkan pendapat para ahli penulis berusaha mensistesiskan pengertian tentang interaksi sosial. Interaksi sosial siswa di sekolah mengandung pengertian hubungan timbal balik yang terjadi dilingkungan pendidikan formal antara dua orang siswa atau lebih, dan masing-masing siswa yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif dalam bentuk mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi secara dinamis.
1                    Kajian Teori Tentang Variabel Terikat
Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan
1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal kompleks yang terjadi sehari-hari dan merupakan suatu proses perubahan bagi siswa dalam menghadapi bahan ajar. Bahan ajar dapat berupa keadaan alam, belajar tumbuhan dan manusia. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai oleh siswa dengan kriteria tertentu.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang cukup luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor sehingga dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan berpikir, sikap dan alam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar erat kaitannya dengan keberhasilan dari belajar itu sendiri, untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini.[14]   
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana hasil belajar telah di capai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf.[15]
Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Istimewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang di ajarkan itu dapat di kuasai siswa.
2.        Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat di kuasai oleh siswa.
3.        Baik/Minimal : Apabila bahan pelajaran yang di ajarkan hanya (60% s.d. 75%) saja dikuasai oleh siswa.
4.        Kurang : Apabila bahan pelajaran yang di ajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
1.2 Hasil belajar Afektif
Ranah afektif adalah perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecendrungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi dalam lingkungan tertentu dalam kenyataannya ranah ini berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bilsa seseorang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya pada pelajaran, disiplin, motovasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. [16]
Kawasan afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (1964), meliputi lima jenjang tujuan yaitu sebagai berikut.[17]
1.    Penerimaan (receiving): Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2.    Pemberian respons (responding): Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
3.    Pemberian nilai atau penghargaan (valuating): Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
4.    Pengorganisasian (organization): Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
5.    Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization): Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
           
1.3 Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama.
Tujuan penilaian afektif antara lain ialah[18]:
a)        Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b)        Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau tidaknya anak didik.
c)        Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d)       Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik. (Depdikbud,1983;2).

Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[19]
Pendidikan kewarganegaraan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu kelompok dalam upaya menata dan membangun manusia Indonesia yang bermoral dan berakhlak budi pekerti yang luhur dan sopan, Sumarsono mengemukakan pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila.[20]
Setiap warga Negara Republik Indonesia harus menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang merupakan misi atau tanggung jawab Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan warga Negara dalam hal persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela Negara, dan sikap perilaku yang bersendikan nilai-nilai budaya bangsa, wawasan nusantara dan keutuhan nasional. Pendidikan Kewarganegaraan ini di laksanakan oleh DepDikNas di bawah kewenangan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DirJen-DikTi).[21]
Sintesis Teori Variabel Terikat
Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan
Dari berbagai teori diatas penulis mensintesiskan pengertian dari variabel terikat dalam penelitian yang berjudul Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Perubahan sikap dari berbagai tingkatan  hasil belajar afektif seperti penerimaan,pemberian respons, pemberian nilai atau penghargaan, serta pengorganisasian dari pola perilaku laku, pola pikir, pola sikap, dan nilai sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila sebagai hasil belajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
Teori Penghubung
            Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku individu baik yang bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal merupakan segala sifat dan kecakapan yang dimiliki atau dikuasai individu dalam perkembangannya, diiperboleh dari hasil keturunan atau karena interaksi keturunan dengan lingkungannya. Faktor eksternal merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungannya.[22]
A.                Kerangka Berfikir
Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang di alami oleh peneliti serta berdasarkan teori-teori yang peneliti dapatkan maka timbulah suatu pertanyaan besar yang menjadi kerangka berfikir pada penelitian ini. Yaitu adakah hubungan antara interaksi sosial siswa disekolah terhadap hasil belajar afektif pada pendidikan kewarganegaraan mengingat kemampuan berinteraksi sosial siswa yang bermacam-macam ada yang baik ada pula yang buruk, apa bila kemampuan interaksi sosial siswa di kelas buruk hal itu terlihat pada indikator yang bisa kita pahami secara kasat mata ketika proses belajar mengajar berlangsung seperti:
·                     Dikelas membuat kelompok-kelompok kecil atau geng sehingga dikelas menjadi tidak harmonis, akibatnya proses belajar tidak maksimal.
·                     Siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang rendah mereka memiliki kesulitan dalam proses belajar berkelompok, berdiskusi maupun presentasi didepan kelas akibatnya proses belajar lagi-lagi tidak maksimal.
Peneliti menyadari bahwa interaksi sosial siswa ini bukan satu-satunya yang mempengaruhi hasil belajar, tetapi setidaknya hal ini bisa diminalisir apabila penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ada hubungannya antara interaksi sosial siswa disekolah terhadap hasil belajar.

B.                 Pengajuan Hipotesis
ada suatu hubungan antara interaksi sosial siswa dengan hasil belajar.








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.           Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari data empiris mengenai ada tidaknya hubungan interaksi sosial siswa di sekolah dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan  pada ranah afektif siswa kelas X SMA Negeri 64 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013.
B.            Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah metode korelasional, Penelitian korelasional adalah penelitian yang melihat hubungan antara dua variabel atau lebih, variabel diteliti untuk melihat hubungan yang dihasilkan tanpa mencoba untuk merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut.
Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel interaksi sosial siswa sebagai yang menghubungkan dan diberi simbol X, dengan variabel hasil belajar afektif pendidikan kewaraganegaraan dan diberi simbol Y hal ini diharapkan dapat mencapai tujuan yakni, mencaru hubungan interaksi sosial siswa dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan.

C.           Tempat  dan Waktu Penelitian
1.        Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 64 Jakarta yang beralamatkan di Jln. Raya Cipayung Kec. Cipayung Jakarta-Timur.
2.        Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan  pada bulan Maret sampai bulan April 2013.
D.           Desain Penelitian
Penelitian ini menguji adanya hubungan korelasi antara interaksi sosial siswa disekolah dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan. Peneliti menggunakan Teknik Korelasi Product Moment atau lengkapnya Product of the Moment Corelation teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson.[23] Teknik korelasi ini peneliti gunakan karena sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen yaitu siswa SMA Negeri 64 Jakarta.
Korelasi Product Moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabilah nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut.
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,800 – 1,000
0,600 – 0,799
0,400 – 0.599
0,200 – 0,399
0,00 – 0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah[24]

E.                Populasi dan Sampling
            Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan teknik simple random sampling teknik ini dikatakan teknik simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di populasi tersebut.[25]
            Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas X karena siswa kelas X memiliki sifat yang relatif sama berbeda dengan kelas XI dan kelas XI mereka sudah ada penjurusan ehingga karakter, bakat, minat mereka memiliki sifat yang relatif berbeda. Dalam dua populasi tersebut memiliki sifat yang homogen, Oleh karena itu peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sample dengan cara simple random sampling.
            Kelas X ada sebanyak 6 kelas dan masing-masing kelas memilki murid sebanyak 40 orang. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya populasi ini bersifat homogen sehingga peneliti cukup mengambil sampel masing-masing 25% dari setiap kelas. Dari sample tersebut peneliti yakin sudah representaif atau mewakili populasi yang ada[26]
F.            Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1.         Teknik Pengumpulan Data
                        Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Angkat untuk memperoleh data untuk mengukur hubungan interaksi sosial siswa dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaan.
                        Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka dan menggunakan statistik, metode penelitian ini berlandaskan falsafah positivisme serta bersifat ilmiah scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis[27].
                        Dalam teknik pengumpulan data ini peneliti menggunakan tiga cara yaitu Interview, Kuesioner (Angket), dan Observasi. Di bawah ini akan peneliti jelaskan bagaimana sitematika atau cara yang akan peneliti lakukan dalam pengumpulan data.
a.             Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.[28] Kuisioner ini dipilih oleh peneliti sebagai salah satu teknik pengambilan data karena kuesioner ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien dan cocok untuk digunakan untuk mengambil responden yang berjumlah besar.
b.             Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, seperti wawancara ataupun kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.[29]
Dalam observasi ini peneliti memilih sebagai Observasi Nonpartisipan sehingga pada penelitian ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen, dalam hal ini peneliti mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan.
Teknik observasi yang akan digunakan yaitu dengan teknik observasi terstruktur, observasi ini telah dirancang secara sistematis, peneliti akan mengamati hasil belajar siswa pada siswa kelas X, mengenai waktu peneliti akan menentukan waktu sesuai jam pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang berlaku di SMA 64 Jakarta. Dalam teknik observasi terstruktur ini peneliti menyiapkan angket tertutup sebagai pedoman untuk melakukan observasi yang nantinya akan digunakan dalam mengamati proses belajar serta hasil belajar mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan yang diamati
1.             Instrumen Penelitian  
Dalam penelitian ini peneliti membuat angket skala perilaku sebagai instrumen penelitian.
Tabel Kuesiner (Angket) untuk siswa
Tabel kuesioner (Angket) ini akan di isi oleh siswa, tabel kuesioner ini pada praktiknya akan digunakan untuk mendeskripsikan penilaian hasil belajar afektif siswa, Penilaian hasil belajar siswa adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.[30]
            Dalam penelitian kuantitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena data kuantitatif maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia.[31]
            Analisis data Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dan data  Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan menggunakan angket skala perilaku, peneliti membuat sistem penilaian seperti dibawah ini:
Skala Perilaku
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
Selalu
5
1
Sering
4
2
Kadang-kadang
3
3
Pernah
2
4
Tidak Pernah
1
5

Untuk mengambil data afektif digunakan instrumen dalam bentuk skala sikap. Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain skala likert, skala pilihan ganda, skala thurstone, skala guttman, sematic differensial, pengukuran minat.
            Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen dengan menggunakan skala likert. Skala Likert ini di susun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukan tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip yaitu :
SS  : Sangat Setuju
S    : Setuju
TB : Tidak Berpendapat
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Validasi Instrumen
1.                  Uji Validitas Instrumen Penelitian
            Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu intrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen itu mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat, artinya dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas instrumen diperolah dengan uji validitas.                     
            Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus valid agar hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi valid.[32]
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (Construct Validity).
Dimana:  
rxy        = koefisien korelasi suatu butir/item
N         =  jumlah subyek
X         =  skor suatu butir/item
Y         =  skor total (Arikunto, 2005: 72)



G.                Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan di SMA Negeri 64 Jakarta. Digunakan rumus korelasi product moment pearson yaitu dengan menghubungkan variabel X dan variabel Y.
Sebelum dilakukan uji hipotesis akan dilakukan terlebih dahulu uji persyaratan analisis data dengan menggunakan uji normalitas dan linieritas.
Hipotesis diajukan:
1.         : Tidak terdapat hubungan antara interaksi sosial sebagai variabel bebas (x) dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan sebagai variabel terikat (x)
2.                     : Terdapat hubungan antara interaksi sosial siswa sebagai variabel bebas (x) dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan sebagai variabel terikat (y).
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi dan korelasi dan langkah-langkah sebagai berikut.




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.     Deskripsi Data
                 Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu Solidaritas Kelompok Sosial (X) sebagai variabel bebas, dan Perilaku Agresi Siswa (Y) sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini penulis meneliti di SMA Negeri 85 Jakarta. Adapun jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 responden/siswa dari 236 responden/siswa.

1.      Data Interaksi Sosial Siswa Di Sekolah
45
Dalam penelitian ini Interaksi Sosial yang dinyatakan sebagai variabel X berkedudukan sebagai variabel bebas atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Berdasarkan dari data hasil kelompok sosial melalui angket, yang mana pernyataan yang berbentuk positif diberi tanda (+), dan sesuai alternatif jawaban dari angket tersebut yaitu: Jika pernyataan tersebut positif maka alternatif jawaban selalu mendapat skor 5, sering diberi skor 4, kadang-kadang diberi skor 3, pernah diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Adapun pernyataan negatif alternatif jawabannya tidak pernah mendapat skor 5, pernah diberi skor 4, kadang-kadang diberi skor 3, sering diberi skor 2, dan selalu diberi skor 1, diperoleh dari skor secara keseluruhan dari 60 responden yang dari 240 Siswa Kelas X SMAN 64 Jakarta. Berdasarkan data yang terkumpul, dihasilkan skor terendah 93 dan skor tertinggi 155, skor rata-rata (X)  sebesar 130,17, varians sebesar 178,51 dan simpangan baku sebesar 13,36.
Distribusi frekuensi data Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dapat dilihat di bawah ini. Dimana rentang skor adalah 62, banyak kelas interval adalah 7 dan panjang kelas adalah 9. Distribusi data instrument Interaksi Sosial Siswa di Sekolah secara terperinci dijelaskan dan dapat dilihat seperti dibawah ini:Proses Penghitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel X (Interaksi Sosial Siswa di Sekolah).
1.    Menentukan Rentang
Rentang  =  Data terbesar – Data terkecil
                    =  155  -  93
                    =  62
2.    Banyaknya Kelas Interval
K    =  1 +  (3,3)  Log n
       =  1 +  (3,3)  Log 60
       =  1 +  (3,3)  1,778
       =  1 + 5,867
       =  6,86  (dibulatkan menjadi 7)
3.    Panjang Kelas Interval
P     =  Rentang
            Kelas                                             
            =  62
                7
            =  8,86 (dibulatkan menjadi 9)

Tabel 4. 1.
Distribusi Frekuensi Solidaritas Kelompok Sosial (N=60)
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frek. Absolut
Frek. Relatif










 93
-
101
92,5
101,5
2
3,3%
102
-
110
101,5
110,5
3

5,0%
111
-
119
110,5
119,5
6

10,0%
120
-
128
119,5
128,5
16

26,7%
129
-
137
128,5
137,5
16

26,7%
138
-
146
137,5
146,5
10

16,7%
147
-
155
146,5
155,5
7
11,7%

Jumlah




60
100%
Batas Kelas



Y
Text Box: FrekuensiUntuk mempermudah penafsiran data Interaksi Sosial Siswa di Sekolah (Variabel X), maka data ini digambarkan ke dalam grafik histogram berikut:
Gambar 4. 1.
Histogram Variabel X

Gambar 4. 2.
Poligon Variabel X
Text Box: Frekuensi
  
Batas Kelas Y



Y
Hasil penelitian, sebagaimana terlihat di gambar menunjukkan bahwa responden yang memperoleh skor 92,5101,5 sebanyak  2 orang, yang mendapat skor 101,5110,5 sebanyak 3 orang, yang mendapat skor 110,5119,5 sebanyak 6 orang, yang mendapat skor  119,5 – 128,5 sebanyak 16 orang, yang mendapat skor  128,5 – 137,5 sebanyak 16 orang, yang mendapat skor 137,5 – 146,5 sebanyak 10 orang, dan yang mendapat skor 146,5 – 155,5 sebanyak 7 orang. Frekuensi tertinggi diperoleh dalam kelas interval 119,5-128,5 dan kelas interval 128,5-137,5 yaitu sebanyak 16 orang.
2.      Data Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam penilaian ini Hasil Belajar afektif Pendidikan Kewaraganegaraan sebagai variabel terikat yang dipengaruhi variabel lain, diberi simbol “Y”. Berdasarkan  perhitungan dari Hasil Belajar afektif Pendidikan Kewaraganegaraan (Variabel Y) melalui angket, yang mana pernyataan sesuai alternatif jawaban dari angket tersebut yaitu: jawaban selalu  mendapat skor 5, sering diberi skor 4, kadang-kadang diberi skor 3, pernah diberi skor 2, dan tidak pernah  diberi skor 1. Adapun pernyataan negatif alternatif jawabannya tidak pernah mendapat skor 5, pernah diberi skor 4, kadang-kadang diberi skor 3, sering diberi skor 2, dan selalu diberi skor 1, Diperoleh dari skor secara keseluruhan dari 60 responden yang terdiri para siswa kelas X SMA Negeri 64 Jakarta. Berdasarkan data yang terkumpul, dihasilkan  skor terendah 93 dan skor tertinggi 155, skor rata-rata (X) sebesar 123,5, variansnya  178,52 dan simpangan baku 13,36.
Distribusi data hasil belajar afektif dapat dilihat di bawah ini, dengan rentang skor 62, banyak kelas interval 7 dan panjang kelas 9. Apabila data-data tersebut digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi akan terlihat seperti tabel di bawah ini:
Proses Penghitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel Y (Perilaku Agresi Siswa).
1.  Menentukan Rentang
Rentang  =  Data terbesar – Data terkecil
                    =  155  -  93
                    =  62
2.   Banyaknya Kelas Interval
K   =  1 +  (3,3)  Log n
       =  1 +  (3,3)  Log 60
       =  1 +  (3,3)  1,778
       =  1 + 5,867
       =  6,686  (dibulatkan menjadi 7)
3.      Panjang Kelas Interval
P     =  Rentang
            Kelas                                                                     
            =  62
                7
            =  8,857 (dibulatkan menjadi 9)

Tabel 4. 2.
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Frek. Absolut
Frek. Relatif









93
-
101
92,5
101,5
4
6,7%
102
-
110
101,5
110,5
5

8,3%

111
-
119
110,5
119,5
17

28,3%

120
-
128
119,5
128,5
10

16,7%

129
-
137
128,5
137,5
16

26,7%

138
-
146
137,5
146,5
6

10,0%

147
-
155
146,5
155,5
2
3,3%

Jumlah




60
100%

Untuk mempermudah penafsiran data hasil belajar afektif (Variabel Y), maka data ini digambarkan ke dalam grafik histogram berikut:
Gambar 4. 3.
Text Box: FrekuensiHistogram Variabel Y
  
Batas Kelas Y



Y
                         











Gambar 4. 4.
Text Box: FrekuensiPoligon Variabel Y
  
Batas Kelas Y







Y


Hasil penelitian, sebagaimana terlihat di gambar menunjukkan bahwa responden yang memperoleh skor 92,5 – 101,5 sebanyak 4 orang, yang mendapat skor 101,5 – 110,5 sebanyak 5 orang, yang mendapat skor 110,5 – 119,5 sebanyak 17 orang, yang mendapat skor 119,5 – 128,5 sebanyak 10 orang, yang mendapat skor 128,5 – 137,5 sebanyak 16 orang, yang mendapat skor 137,5 – 146,5 sebanyak 6 orang, dan yang mendapat skor 146,5 – 155,5 sebanyak 2 orang. Frekuensi tertinggi diperoleh dalam kelas interval 128,5 – 137,5 yaitu sebanyak 16 orang.
Berdasarkan data penelitian di atas dapat dirangkum berdasarkan tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 3
Distribusi Frekuensi

Keterangan
Interaksi Sosial Siswa di Sekolah
Hasil Belajar Afektif Pend.kewarganegaraan
n
60
60
Jumlah
7810
7404
Rata-rata
130,17
123,40
Rentang
62
62
Skor Tertingi
155
155
Skor Terendah
93
93
Varians
178,51
178,52
Simpangan Baku
13,36
13,36
Median
130
125,5
Modus
119
116

B.     Pesyaratan Analisis
1.    Uji Normalitas Galat Taksiran dengan Uji Lilliefors
Berdasarkan hasil dari penelitian pengujian normalitas data masing-masing variabel dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data dari setiap variabel itu berdistribusi normal atau tidak. Dengan demikian dapat ditentukan statistik yang digunakan dalam mengolah data penelitian. Jika data berdistribusi normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, sedangkan jika sebaran data tidak berdistribusi normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik dan dengan kata lain terpenuhinya syarat analisis untuk korelasi product moment.
Pengujian normalitas data variabel Solidaritas Kelompok Sosial dan Perilaku Agresi Siswa adalah dengan menggunakan Uji Lilliefors. Dari hasil Perhitungan diperoleh  Lhitung untuk variabel X (Interaksi Sosial Siswa di Sekolah) adalah sebesar 0,081 dengan perhitungan terlampir dan Lhitung untuk variabel Y (Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan ) sebesar 0,092 dengan perhitungan terlampir. Ltabel yang diperoleh dengan n = 60 dan  = 0,05 adalah 0,114 . karena Lhitung < Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data kedua variabel berdistribusi normal.
Berikut ini hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 4.
Hasil Uji Normalitas
No.
Variabel
n
L hitung
Ltabel(a0,05)
Kesimpulan
1.

2.
X

Y
60

60
0,081

0,092
0,114

0,114
Lhitung < Ltabel
Distribusi Normal

Keterangan

 Lhitung  : Nilai Lilliefors angka maksimum
 Ltabel    : Tabel Lilliefors dengan taraf singnifikasi 95 % atau a = 0,05

Memperhatikan harga – harga Lhitung yang ada pada tabel di atas dan sesuai dengan ketentuan seperti tersebut di atas. Maka Ho diterima untuk semua variabel yang menyatakan sebaran sampel mengikuti distribusi normal dapat diambil kesimpulan variabel X dan Variabel Y berdistribusi Normal.


2. Uji Keberartian Regresi dan Linieritas
a         Uji keberartian Regresi
Uji keberartian regresi dilakukan untuk mencari persamaan regresi linier untuk memperkirakan atau meramalkan bentuk hubungan yang ada atau diperkirakan ada hubungan diantara kedua variabel. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 = regresi tidak signifikan
H1 = regresi signifikan
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Terima H0, jika Fhitung  <  Ftabel
Tolak Ho, jika Fhitung  >  Ftabel.
Hasil perhitungan dari persamaan regresi Ŷ =  a + bx  menunjukan persamaan     Ŷ = 21,24 + 0,718X. Hasil Perhitungan Uji keberartian regresi menunjukkan nilai Fhitung  sebesar 38,09 dengan (Perhitungan terlampir) dan nilai Ftabel sebesar 4,02. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis Ho ditolak, sebab Fhitung  >  Ftabel,  sehingga dapat disimpulkan bahwa arah regresi signifikan.
Hubungan antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah  (X) dengan Perilaku Agresi Siswa (Y) dengan menggunakan persamaan regresi Ŷ = 47,41 + 0,584X dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :


Gambar 4. 5.
Text Box: Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan (Y)Regresi Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan
Interaksi Sosial Siswa di Sekolah (X)


Ŷ = 47,41 + 0,584X

Pada persamaan regresi Ŷ = 21,24 + 0,718X diinterpretasikan bahwa variabel Solidaritas Interaksi Sosial Siswa di Sekolah (X1) dengan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan (Y) diukur dengan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, maka setiap perubahan skor variabel Solidaritas Kelompok sosial (X) sebesar 1 point dapat diestimasikan skor Perilaku Agresi Siswa (Y) akan berubah sebesar 0,58382 pada arah yang sama, dengan konstanta sebesar 47,4059.

b.   Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah kedua variabel menunjukkan linieritas atau tidak. Hipotesis kelinieran model regresi adalah sebagai berikut:
Ho =  Model regresi tidak linier
H=  Model regresi linier
Kriteria Pengujian:
Terima Ho, jika Fhitung  >  Ftabel
Tolak Ho, jika Fhitung  <  Ftabel

Hasil perhitungan Uji kelinieran regresi menunjukkan nilai Fhitung sebesar -1,56 dengan (Perhitungan terlampir) dan Ftabel  sebesar 1,85. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis Ho ditolak, sebab Fhitung  <  Ftabel.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada perincian tabel dibawah ini:








Tabel 4.4
Daftar ANAVA untuk pengujian signifikansi
Dan Linieritas Persamaan Regresi 47,41+0,584X
Sumber
dk
Jumlah
Rata-rata Jumlah
Fhitung
Ftabel
Varians

Kuadrat (JK)
Kuadrat (RJK)


Total
60
924186,00



Regresi (a)
1
913653,60



Regresi (b/a)
1
3589,92
3589,92
29,99
4,10
Sisa
58
6942,48
119,70
Tuna Cocok
30
3541,57
118,05
0,97
2,15
Galat Kekeliruan
28
3400,92
121,46
Keterangan:
*:   Regresi signifikan  29,99 > 0,97 pada α 0,05
ns: regresi berbentuk linier   0,97 < 2,15
dk: Derajat Keabsahan
dari daftar ANAVA untuk uji keberartian dan linieritas regresi terlihat harga 29,99 maka untuk menguji hipotesis nol (I), yaitu dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 58 diperoleh  Î± = 0,05 sebesar 4,10, dan untuk menguji hipotesis nol (II) dengan dk pembilang 30 dan dk penyebut 28 diperoleh  Î± = 0,05 sebesar 2,15. Dengan demikian hipotesis nol (1) ditolak karena maka koefisien arah regresi nyata sifatnya. Sehingga dari segi ini regresi diperoleh adalah berarti. Hipotesis nol (II) diterima karena  sehingga dapat dikatakan bahwa regresi linier.

C.       Pengujian Hipotesis Penelitian
Hubungan Antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta.
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk melihat apakah hipotesis penelitian yang diajukan diterima atau ditolak. Untuk melakukan pengujian hipotesis ini menggunakan rumus statistik yang relevan dengan banyaknya variabel dan bentuk data yang dihasilkan. Karena data yang dihasilkan baik pada variabel x (Interaksi Sosial Siswa di Sekolah)  maupun variabel y (Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan) dalam bentuk data interval, maka untuk menghubungkan antara keduanya menggunakan rumus korelasi product moment, dari hasil perhitungan diperoleh rhitung  sebesar 0,584 dengan (perhitungan terlampir).
Pada taraf signifikansi ( ) = 0,05 dan n = 60 diperoleh rtabel sebesar 0,254, dengan demikian dapat dikatakan bahwa rhitung lebih besar dari rtabel ( 0,630 > 0,254) ini berarti Ho ditolak dan HI diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pend. Kewarganegaraan. Untuk mengetahui signifikan tidaknya korelasi kedua variabel tersebut, maka koefisien korelasi tersebut dapat dikonsultasikan dengan tabel ”r” kritik product moment. Untuk lebih memahami dan lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 6.
 Signifikansi Product Moment
N
rhitung
rtabel
Kesimpulan
60
0,05
0,584
0,254
Ho  Ditolak

Besar kontribusi Interaksi Sosial Siswa dengan Hasil Belajar Afektif Pend.kewarganegaraan Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta adalah sebesar 34,08%. Sedangkan tingkat keberartian antara kedua variabel diuji dengan uji t korelasi. Hubungan kedua variabel tersebut berarti bila thitung lebih besar dari ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung  sebesar  5,48  jika dilihat dengan ttabel (É‘) = 0,05 dan dk = 58 (n-2), maka diperoleh ttabel 1,67. Demikian thitung  > ttabel  (6,17  > 1,67). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan positif yang singnifikasi antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah (X) dengan Hasil Belajar Afektif  Pend.Kewarganegaraan (Y). Dengan demikian berarti, semakin tinggi Interaksi Sosial Siswa di Sekolah yang di bentuk, maka semakin berpengaruh pula pada Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan yang dicapainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 7.
Uji-t
N
É‘
thitung
ttabel
Kesimpulan
58
0,05
5,58
1,67
thitung  > ttabel
Ho ditolak

Berdasarkan koefesien korelasi tersebut dapat diperoleh koefesien determinasi hubungan antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah (X) dengan Hasil Belajar Afektif Pend.kewarganegaraan (Y) sebesar (0,584)2 = 0,3408 atau berarti 34,08%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Interaksi Sosial Siswa cukup berkontribusi terhadap Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan sebesar 34,08%.
.
D.       Interpretasi Hasil Penelitian
Hasil analisis korelasional data menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat Interaksi Sosial Siswa di Sekolah akan diikuti oleh semakin baiknya Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil hitung nilai rhitung sebesar 0,585 lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi (É‘) = 0,05, n = 60, diperoleh rtabel  sebesar 0,254.
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tingkat Interaksi Sosial Siswa di Sekolah terhadap Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan Siswa Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta. Besar derajat hubungan antara variabel x dan variabel y dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi yaitu sebesar 34,08%. Ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat Interaksi Sosial Siswa di Sekolah sebesar 34,08%. dan dapat dijelaskan oleh tinggi rendahnya tingkat Perilaku Agresi melalui hubungan Linier dengan persamaan Ŷ = 47,41 + 0,584X.
Sedangkan tingkat keberartian hubungan kedua variabel tersebut diperoleh dengan Uji t korelasi. Dari hasil analisa dapat diketahui thitung 5,48 lebih besar dari ttabel 1,67. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang berarti antara variabel Interaksi Sosial Siswa dengan variabel Hasil Belajar Afektif Pend>Kewarganegaraan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah yang tinggi akan diikuti oleh Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan yang tinggi pula, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan Kelas X SMA Negeri 64 Jakarta atau Interaksi Sosial Siswa di Sekolah berkontribusi terhadap Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan sebesar 34,08%. Apabila seorang siswa memiliki Interaksi Sosial di Sekolah yang tinggi maka Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegraannyapun cenderung akan meningkat.

E.        Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini telah berhasil menguji hipotesis yang diajukan, namun disadari bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya sampai pada tingkat kebenaran mutlak, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk diadakan penelitian lanjutan.
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah:
1.    Keterbatasan penggunaan Instrumen. Pada penggunaan instrumen yaitu untuk mengukur Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dan Hasil Belajar Afektif Pend.Kewarganegaraan keduanya menggunakan skala perilaku dengan jawaban  Selalu,  Sering, Kadang-Kadang,  Pernah), dan Tidak Pernah, sebenarnya  kurang memadai untuk memperoleh data secara tepat dan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan, hal ini dikarenakan ketidak seriusan atau tidak maksimalnya responden dalam menjawab sangat mungkin terjadi.
2.    Keterbatasan Jangkauan Penelitian
Penelitian ini hanya menyangkut objek penelitian yang sempit karena hanya satu sekolah yaitu SMA Negeri 64 Jakarta.
3.    Kelemahan
Dalam pelaksanaan pengumpulan data yang sulit dihindari, antara lain karena responden merasa tidak berkepentingan dalam penelitian ini, apalagi tidak ada hubungan ataupun pengaruh terhadap hasil penilitian ini, sehingga dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan tidak dilakukan secara maksimal, meskipun secara langsung diawasi oleh peneliti.


BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A.           Kesimpulan
Berdasarkan analisis temuan data dan informasi penelitian yang telah dilaksanakan ini berhasil memberikan kesimpulan secara empiris adanya hubungan yang positif, cukup erat dan signifikan antara interaksi sosial siswa di sekolah dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan di SMAN 64 Jakarta Timur.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini terbukti bahwa adanya hubungan antara Interaksi Sosial Siswa di Sekolah dengan Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan dan berdasarkan uji keberartian dan uji linearitas regresi bahwa koefisien regresi berbentuk linier.
Besarnya variansi Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan ditentukan oleh Interaksi Sosial Siswa di Sekolah sebesar 34,08 %. Namun peneliti menyadari bahwa Interaksi Sosial Siswa di Sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan di SMAN 64 Jakarta Timur. Paling tidak peneliti telah membuktikan bahwa Interaksi Sosial Siswa di Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Afektif Pendidikan Kewarganegaraan.

B.            Implikasi
Hasil penelitian ini terbukti sejalan dengan teori dan kerangka berfikir serta membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi sosial siswa disekolah dengan hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan di SMAN 64 Jakarta. Dengan demikian hasil penelitian ini mengandung implikasi bahwa ternyata hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan itu disamping karena pengaruh interaksi sosial siswa disekolah juga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya oleh karena itu perlu dilihat atau dilakukan penelitian sejenis.
C.           Saran
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian ini, sebagai penutup dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.    Siswa
Siswa hendaknya membentuk interaksi sosial yang baik serta positif dengan semua warga di sekolah,mengikuti organisasi seperti OSIS dan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler supaya menjadi siswa yang cakap dalam pergaulan.
2.    Guru
Guru memberikan bimbingan kepada siswanya supaya interaksi sosial siswa terjalin secara harmonis terutama ketika siswa berada didalam kelas, karena hal itu berpengaruh terhadap hasil belajar afektif pendidikan kewarganegaraan.
3.    Sekolah
Sekolah memberikan prasarana yang mendukung seperti kegiatan-kegiatan sosial, membentuk berbagai organisasi ektrakurikuler yang berguna sebagai ajang membentuk interaksi sosial siswa yang baik.





















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009.  Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bahri Djamarah ,B, Aswan Zain : Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Putra, 2006.
Siregar Eveline, Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Solihatin, Etin. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Soekanto Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono, dkk. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sukmadinata Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikologi Sosial Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.




[1] Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h 44.
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Penerbit Alfabeta, 2010) Hlm 60.
[3] Ibid. Hlm 61
[4] Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Mocdel Pembelajaran IPS, (Jakarta : Bumi Aksara,2008), h 15.
[5] Abu Ahmadi, sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT rhineka Cipta, 2004), h 100
[6] Soerjono Soekanto, sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h 70.
[7] Ibid, h 71.
[8] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dasn Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011) h 74.
[9] Soerjono Soekanto, Op.cit, h 61
[10] Abu Ahmadi, Loc.cit, h 100
[11]  Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h 63.

[12] Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Hlm 35
[13] Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Hlm 177
[14] Syaeful BD dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (PT Aneka Cipta, 2006) Hlm. 105.
[15] Ibid, hlm 107
[16] Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar  Mengajar . Hlm.30
[17] Evaline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran. Hlm. 10
[18] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm 179.
[19] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi KAsara,2009), h 179.
[20] Sumarsono S.dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Gramedia,2004)  
[21] Ibid, Hlm. 4.
[22] Nana Syaodih.Loc.cit.h 44.
[23] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Hlm 190
[24] Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Hlm 75
[25] Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D , Hlm 120
[26] Ibid., Hlm 118.
[27] Ibid., Hlm.13
[28] Ibid., Hlm 199.
[29] Ibid., Hlm 203.
[30] Eveline Siregar, Teori Belajar dan pembelajaran. Hlm 144.
[31] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Hlm 333.

[32] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Hlm 64.